Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa

<b>Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa</b>

Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa

Sebuah pertunjukan antara Harimau Jawa dengan Manusia ini sangat populer di era kolonial Belanda. Suasananya pun terasa seperti menonton pertunjukan Gladiator.

Pada zaman penjajahan banyak ditemukan sebuah pertunjukan yang bertujuan untuk sarana hiburan bagi masyarakat Pribumi maupun di kalangan elit Belanda. Media hiburan itu bukan hanya mengandung unsur kesenian dan budaya, tetapi juga pertarungan bak Gladiator.

Salah satu pertunjukan yang cukup populer di kalangan masyarakat Jawa yaitu Rampogan Macan atau biasa disebut Rampokan Matjan. Tradisi pertunjukan ini sudah mulai nge-tren sejak abad 17 hingga 19.

Melansir dari kanal Liputan6.com, tradisi Rampogan Macan ini kerap dipertontonkan di lingkungan Kesultanan Yogyakarta dan Kesunanan Surakarta. Sejak pemerintahan Amangkurat II, tradisi Rampogan Macan sudah berlangsung dan sudah menjadi tradisi para Ningrat saat itu.

Di balik hiburan bagi masyarakat kebanyakan, tradisi Rampogan Macan ini menjadi salah satu penyebab punahnya spesies Harimau Jawa. Selain itu, punahnya kucing besar ini juga disebabkan pembukaan lahan untuk pertanian, sehingga habitat aslinya pun hilang.

Hubungan Harimau dengan Jawa

Dilansir dari beberapa sumber, sejak dulu harimau selalu dikaitkan dengan orang Jawa. Hal ini karena mereka dianggap sebagai teman atau sahabat oleh petani atau peladang yang lahannya berbatasan dengan hutan.

Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa

Harimau cukup membantu para petani dalam mengurangi keberadaan hewan yang bisa merusak lahan pertanian. Mereka pun bertugas sebagai pemburu hewan seperti babi, rusa, maupun kawanan monyet. (Foto: Wikipedia)

Namun, tidak seterusnya hubungan harimau dan orang Jawa itu harmonis. Di sisi lain binatang buah tersebut diburu dan ditangkap.

Tradisi Rampogan Macan ini awalnya hanya dilakukan untuk simbolisme suatu ritual, namun seiring berjalannya waktu fungsi dari Rampogan Macan ini berubah drastis.

Populer di Kalangan Sultan

Di Jawa, tepatnya Yogyakarta dan Surakarta, tradisi Rampogan Macan sangat populer dan menjadi sarana hiburan di kalangan para Sultan maupun masyarakat sekitar. Salah satu sosok yang gemar mengadakan tradisi ini adalah Paku Buwono X.

Selain itu, di sudut alun-alun banyak kandang hewan liar yang memang dengan sengaja dipelihara. Biasanya, Rampogan Macan akan dilaksanakan di Alun-Alun Utara yang biasa untuk menyambut para tamu agung.

Pelaksanaannya pun biasa dilakukan pada pagi hari, sehingga banyak para pembesar yang datang dan berkumpul. Kemudian, para prajurit bersiap di tengah alun-alun lalu membentuk formasi mengelilingi arena pertarungan.

Para penombak biasa adalah orang-orang biasa atau prajurit baru sehingga banyak yang ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa ketika berhadapan langsung dengan kucing besar tersebut.

Membunuh Menggunakan Tombak

Tombak yang digunakan dalam acara Rampogan Macan ini biasanya akan dijual atau digadaikan apabila memalukan. Penamaan aksi Rampogan ini sendiri diartikan sebagai "Rayahan" atau "Rebutan", di mana ratusan orang berebut untuk membunuh harimau menggunakan tombak.

Aksi ini juga digelar di Kadipaten sebagai pemaknaan ruwatan atau mengusir roh-roh jahat. Sayangnya, harimau menjadi perlambangan roh-roh jahat sehingga harus dibasmi dan diusir lewat pembantaian.

Melihat Sejarah Rampogan Macan, Tradisi Adu Harimau Lawan Manusia yang Populer di Tanah Jawa

Dilarang Pihak Belanda

Seiring berjalannya tradisi ini, jumlah atau populasi dari Harimau Jawa ini semakin berkurang dan bahkan punah. Faktor lain dari punahnya kucing besar tersebut akibat pembukaan lahan besar-besaran pada zaman Belanda sehingga habitat aslinya pun berkurang.

Kemudian, pada tahun 1905 tradisi Rampogan Macan sudah mulai dilarang oleh Pemerintahan Belanda dengan alasan etika. Menurut mereka, bukan suatu sikap kesatria dan terhormat, karena harimau tidak dihadapi sendirian atau satu lawan satu.

Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial
Sejarah Padang Mangateh, Peternakan Tertua dan Terbesar di Sumatra Barat Warisan Kolonial

Sebuah daerah khusus peternakan ini dikenal mirip seperti padang rumput yang berada di Selandia Baru dan didirikan langsung oleh Pemerintah Hinda Belanda.

Baca Selengkapnya
Sejarah Tari Serampang XII, Perpaduan Budaya Melayu dengan 12 Macam Gerakan Tarian
Sejarah Tari Serampang XII, Perpaduan Budaya Melayu dengan 12 Macam Gerakan Tarian

Tari Serampang XII, kesenian tradisional dari Sumatra Utara yang menggambarkan kisah asmara dengan 12 ragam gerakan berbeda.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kota Sibolga, Daerah Kecil yang Dulunya Jadi Pusat Perdagangan Era Hindia Belanda
Sejarah Kota Sibolga, Daerah Kecil yang Dulunya Jadi Pusat Perdagangan Era Hindia Belanda

Salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara ini dulunya berperan penting dalam aktivitas perdagangan masa kolonial.

Baca Selengkapnya
Kamu sudah membaca beberapa halaman,Berikut rekomendasi
video untuk kamu.
SWIPE UP
Untuk melanjutkan membaca.
Menyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang
Menyusuri Kampung Kapitan, Tempat Tinggal Etnis Tionghoa Pertama Masa Kolonial di Palembang

Kawasan yang saat ini menjadi cagar budaya di Palembang dulunya sebuah lingkungan tempat tinggal bagi warga Tionghoa era kolonial Belanda.

Baca Selengkapnya
Mengenal Tari Topeng Kemindu, Jejak Akulturasi Jawa di Kesultanan Kutai
Mengenal Tari Topeng Kemindu, Jejak Akulturasi Jawa di Kesultanan Kutai

Dahulu, tarian ini hanya dimainkan oleh kalangan tertentu. Namun kini tarian ini boleh dimainkan oleh masyarakat yang tinggal di luar keraton

Baca Selengkapnya
Sejarah Komando Divisi Banteng, Dari Perannya Melawan Kolonial Belanda Hingga Lahirnya Dewan Era PRRI
Sejarah Komando Divisi Banteng, Dari Perannya Melawan Kolonial Belanda Hingga Lahirnya Dewan Era PRRI

Sebuah komando militer yang dibentuk saat masa perjuangan kemerdekaan di Sumatera Tengah ini awalnya untuk memerangi para penjajah Belanda setelah PD II.

Baca Selengkapnya
Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak
Mengenal Babangkongan, Tradisi Memanggil Hujan Ala Masyarakat Majalengka yang Terinspirasi dari Katak

Tradisi ini jadi salah satu pesta adat masyarakat Sunda yang unik untuk meminta hujan

Baca Selengkapnya
Menguak Misteri Makam Tunggal di Pekarangan Warga Salatiga, Bentuknya Mirip Makam Yahudi di Semarang
Menguak Misteri Makam Tunggal di Pekarangan Warga Salatiga, Bentuknya Mirip Makam Yahudi di Semarang

Makam itu merupakan milik seorang pengusaha era Hindia Belanda.

Baca Selengkapnya
Sejarah Kirab Tedhak Loji, Unjuk Kewibawaan Raja Tanah Jawa Terhadap Rezim Kolonial
Sejarah Kirab Tedhak Loji, Unjuk Kewibawaan Raja Tanah Jawa Terhadap Rezim Kolonial

Kirab ini selalu berlangsung megah yang mengisyaratkan tingginya wibawa raja tanah Jawa.

Baca Selengkapnya